Rabu, 08 Juli 2009

musim sekolah

musim sekolah bagi orang kecil menjadi musim yang memusingkan
tanpa uang, tanpa utang, anaknya tak dapat daftar ulang
sekolah hanya bilang dua hari lagi uang harus ada
untuk ini itu tanpa tahu atau tak mau tahu gimana mendapatkannya

para guru mungkin tak pernah merasa kalau orang kecil tak seperti dia
punya mata air uang dari negara, setiap bulan sungai gajinya mengalir terus
tak peduli penghujan atau kemarau
apalagi ada gaji ketiga belas
jadi bagi mereka satutahun bukan duabelas bulan tapi tigabelas

musim anak sekolah, bapaku pusing biyungku apalagi
sawah yang sepetak itu setengahnya telah digadaikan
kambing yang tiga itupun tinggal dua sperti gigi nenekku
smentra kayu-kayu di kebun telah ditebang dijual untuk tambahan
namun semua itu belum mencukupi untuk daftar ulang
mau tidak mau harus utang
untung ada saudara yang baru saja rampung hajatan
dan ia bermurah hati untuk meminjamkan
biarlah nanti bayaran utang baru dipikirkan
dijanjikan sedikitnya sepuluh hari dan lamanya setengah bulan

keluargaku masih beruntung dibanding keluarga lain
tangga desa yang punya anak kembar berprestasi
dengan senangnya menerima kabarnya kedua anaknya diterima di SMA
raut muka bersinar berbinar tanda kebanggaan

tapi beberapa detik kemudian setelah sebuah kertas buram dibuka
mukanya langsung layu, seperti kehilangan darah seember
di matanya terbayang setumpuk uang sebesar empat juta
dalam pikirnya berarti si kembar harus ada delapan juta
delapan juta harus ada dua hari ini
paling lambat
harus
kalau tidak
si kembar tidak sekolah

siang itu, sore itu, sampai malam itu
bahkan hingga dua hari kemudian
si ibu bapak mencari uang
tepatnya utangan untuk daftar ulang

tapi entahlah
dalam waktu yang ditentukan
uang tak kunjung didapatkan
kenyataan harus dipaksa diterima
tahun ini sikembar tak dapat sekolah

"cah bagus, tahun besok saja kita lanjutkan SMAmu.
maafkan bapak ibumu yang tak bisa usahakan biaya"
mata si ibu berkaca-kaca.
setelah itu ia langsung menuju ke kamarnya
si kembar saling berpandangan