Kamis, 24 Juli 2008

DOLANAN GOTRI

gotri ala gotri nagasari ri
riwul awul awul jaka mentul tul
tulen mbesuk gedhe dadi opo po
bodem mbako enak mbako sedheng dheng
dhengklok engklak engklok dadi kodok


syair dolanan ini sudah lama tak kudengar dengan riuh berisik anak-anak desa. bermain dengan serpihan genteng ditumpuk sejumlah pemainya, yang diletakkan daam sebuah lingkaran di atas tanah. berkumpul melingkar, memutar, dan mendapat giliran apes ketika mendapat kodok yang disimbolkan dengan sebuah batu yang besarnya segenggam tangan.

penunggu kodok selalu menginjak kodoknya.
mencari teman-temannya yang ngumpet di sela-sela semak ataupun belakang rumah-rumah
memanggil nama teman yang telah ketemu dan menginjak kodok batu, sampai terpanggil dan ketemu semua atau kalau tidak ketemu dia akan menjadi penunggu lagi dan terus menunggu,
malah kadang sampai nangis karena bosan atau ingin ngumpet tapi tak berkesempatan

dolanan itu dulu dimainkan seusai kami pulang sekolah
malam purnama itu sangat dinantikan kami, kebetulan dulu tetanggaku punya halaman luas
kini halaman itu telah ditanami bangunan rumah megah
dan kami sudah dewasa sedangkan otak kapitalisme telah menyulap dan menciptakan permainan-permainan yang serba baru elektronik, duit, listrik, dan sebagainya.

yang menyedihkan generasi sekarang
suka produk luar negeri, dolanan dalam negeri yang sarat akan kegotong royongan, kerjasama, toleransi, kerja keras, belajar strategi, kecermatan, ketelitian, kecepatan seperti salah satunya dalam dolanan GOTRI ini telah hilang bahkan tidak dikenal

SUDAH SAATNYA KITA ANGKAT KEMBALI LOKALITAS YANG KIAN TERPURUK DAN MUMPUNG BELUM HILANG DAN MASIH ADA GENERASI SEPERTI KITA

KALAU BUKAN KITA SIAPA LAGI?

GO TO HELL CAPITALIST!!!!!!

1 komentar:

Handika mengatakan...

Ane sedih min anak anak skrang boro boro mau main, tau permainannya kyak gimana gk,, semua udah sibuk sm gadget mereka :(