Kamis, 23 April 2009

Perlahan


Perlahan butir-butir kristal kesedihan keluar dari dua biji mata yang bening mengalir membasahi pipi putih halus yang merona meluncur cepat melewati hidung mancung menuju lengkung bibir indah yang merah jambu, wajah itu redup tertutup kerudung hitam sambil duduk jongkok dengan jemarinya yang lentik terus menyeka kristal-kristal bening yang terus menerus membuat pipinya semakin merah merona langit berawan menyambut kabut yang menyelimuti pemakaman itu dengan gerimis tipis yang rintiknya membasahi tungkai kaki indah sang gadis yang pucat malas untuk beranjak meninggalkan nisan baru kekasihnya yang baru saja tiada

Di jalan tepat depan halaman rumah bercat hijau muda tiga anak usia belasan putus sekolah sibuk berbicara tentang merpati sejak siang tadi kian kemari diterbangkannya sementara di dalam rumah itu seorang anak sekolah tingkat pertama sedang hanyut dalam keindahan sastra selepas maghrib hingga terdengar adzan isya polos bernotasi lurus polos jauh terdengar lamat-lamat seperti membuat malam merambat lambat bersama pekat yang melahirkan kesenyapan dan kerinduan sepasang kekasih

24 april 2009

Tidak ada komentar: