Selasa, 25 Agustus 2009

sandyakala ramadhan









di sebuah dukuh
ayah ibu dan dua anak kurusnya
di bilik bambu rapuh
di atas tikar pandan lusuh
tergeletak empat gelas air putih dan rebusan singkong pucat
menanti jingga langit, tak ada sayup angin,
hanya hikmat pepohonan dan tenang alam pedukuhan
didaulat suara gemetar qira' dari surau sebelah makam
bedug maghrib tak kunjung bertalu
menunggu pukulan seorang renta yang istiqomah
menunggu badan rebah terkubur dalam tanah merah


Tidak ada komentar: