Selasa, 22 April 2008

turki (pitutur si kaki)


1.Pandangan terhadap Ketentuan Tuhan

Mengenai ketentuan Tuhan dan kehendak manusia hendaknya manusia menyadari dan menerima setiap ketentuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Pada hakekatnya segala peristiwa dan kejadian adalah atas kekuasaanNya. Perjalanan manusia baik bahagia, celaka, begja, apes bilahi wis ginawe dening Sing Kewasa. Manusia harus menyadari bahwa segala ketentuan seperti bahagia, celaka, rejeki itu datangnya tengah malam. Jadi manusia tidak bisa mengelak dan menghindar dari segala ketentuan Tuhan. Segala ketentuan akan diterima manusia, menungsa mung kari ngadhangi. Oleh karena itu manusia harus selalu percaya pada Yang Maha Pembuat Hidup.

Ada cerita lisan dari Bapak Tirtaja yang berjudul Maling Pandunga Guna. Maling Pandunga Guna adalah cerita lama yang sudah jarang orang ketahui dan ingat. Ceritanya tentang kisah hidup seorang maling.1 Maling pandungan guna adalah maling yang sakti punya ilmu sirep yang luar biasa hebatnya. Diceritakan ilmu sirepnya bisa mengendalikan tidur orang-orang. Dia mencuri untuk dibagikan kepada orang yang melarat. Ceritanya berawal ketika si maling ini mau menyatroni seorang penduduk di sebuah desa. Setelah sampai di rumah salah satu penduduk itu, si maling mengendap-ngendap masuk ke rumah. Akhirnya dia berhasil masuk, namun rencananya untuk mencuri barang-barang berharga di rumah salah satu penduduk ini diurungkan setelah melihat kejadian aneh di rumah tersebut.

Rupanya ketika si maling mau memasuki senthong2si empu rumah, istri empu rumah ini sedang hamil besar dan mau melahirkan. Malam itu adalah tepat malam melahirkan bagi isteri si empunya rumah. Aksi pencurian ini urung dilakukan dan bahkan si maling malah melihat kejadian aneh ketika si isteri empunya rumah melahirkan seorang anak. Si maling mengamati proses kelahiran si jabang bayi dari atas atap rumah. Ia tersentak kaget ketika bersamaan dengan lahirnya bayi perempuan itu terdengar suara gaib yang entah dari mana asalnya. Yang aneh adalah hanya dia yang mendengar suara itu. Suara itu mengatakan bahwa kelak si bayi yang baru lahir itu akan menemui ajal ketika menikah dan matinya disebabkan oleh gigitan ular saat akan memasuki kamar pengantin.

Peristiwa gaib malam itu selalu terngiang-ngiang dalam ingatan si Maling Pandunga Guna dan secara tidak sadar rupanya ia berusaha untuk niteni,meneliti dan membuktikan kebenaran pernyataan gaib tentang sebab matinya si bayi perempuan yang baru lahir kelak di malam pertama perkawinan. Semenjak si bayi perempuan itu lahir sampai dewasa si Maling Pandunga Guna mengamati perjalanan hidup bayi perempuan itu sampai dewasa. Kemudian tibalah saat pernikahan anak perempuan tersebut. Karena mendengar anak perempuan tersebut menikah, Maling Pandunga Guna penasaran ingin membuktikan kebenaran perkataan suara gaib yang dulu didengar ketika calon penganten perempuan lahir.

Akhirnya Maling Pandunga Guna mendatangi pernikahan tersebut, dan dia hadir bukan sebagai maling seperti dulu. Dari awal sampai akhir prosesi pernikahan penganten perempuan diamati tanpa terlewat satu sesipun. Akhirnya berakhirlah prosesi pernkahan dan tibalah pengantin masuk ke kamar penganten. Maling Pandunga Guna mengikuti kedua pengantin yang sedang menuju tempat peraduan pengantin dari belakang. Saat-saat menuju ke kamar pengantin semakin dekat dan benar tepat di atas pintu kamar sang pengantin, ada seekor ular yang menanti sang pengantin wanita untuk masuk ke kamarnya.

Pikiran Maling Pandunga Guna semakin gelisah dan sambil memegang keris di belakang bajunya ia terus mengamati dengan sigap setiap langkah pengantin wanita yang semakin mendekati pintu kamar. Tepat di depan pintu kamar itu sang pengantin wanita berusaha untuk membuka pintu. Saat pengantin wanita memegang daun pintu, ular yang melilit di atas pintu itu jatuh dan berusaha untuk mematuk si pengantin wanita. Seketika itu Maling Pandunga Guna langsung menebas ular dengan kerisnya. Ular itu mati dan malam pertama pengantin berjalan lancar dan pengantinpun selamat. Pikiran dan hati Maling Pandunga Guna lega bahwa kejadian yang telah dititeni atau diperkirakan akan terjadi, ternyata benar-benar pengantin wanita tidak mati karena ular. Walaupun suara gaib itu benar terjadi tetapi kecelakaan dan kematian itu dapat dihindarkan malam itu.

Pagi hari tiba setelah malam pertama pengantin wanita berlalu. Maling Pandunga Guna pagi itu kaget ketika mendengar bahwa si pengantin wanita mendadak meninggal. Setelah mendengar berita tersebut Maling Pandunga Guna menyelidiki kembali sebab si pengantin wanita itu meninggal. Setelah bertanya-tanya kronologis kejadian yang dialami si pengantin wanita sejak tadi malam sampai dia meninggal setelah membuang sampah. Maka setelah diamati dan dipikirkan dengan seksama oleh Maling Pandunga Guna. Maling Pandunga Guna berkesimpulan bahwa si pengantin wanita itu tetap saja mati karena sebab musabab berhubungan dengan ular. Kejadiannya adalah ketika si pengantin wanita membuang sampah bersama suaminya3, bayangan si pengantin wanita itu tepat mengenai kuburan ular mati yang tadi malam gagal membuat mati sang pengantin. Saat bayangannya tepat mengenai kuburan si ular dan seketika itulah si pengantin wanita itu terjatuh lemas dan meninggal seketika.

Cerita Maling Pandunga Guna tersebut sebenarnya mengajarkan tentang berkuasanya suatu kekuatan di luar manusia yang menguasai hidup manusia. Tuhan mempunyai kuasa dan kehendak (qudrat iradat) terhadap makhluknya. Secara doktrinal dalam Islam sejak masih di dalam kandungan manusia telah melakukan kontrak perjanjian dan sumpah setia kepada Sang Maha Hidup. Di sana telah ditentukan lama waktu hidup di dunia dan tujuan hidup di dunia. Umur, rejeki, jodoh dan mati telah ditentukan oleh Tuhan semenjak manusia dalam kandungan. Manusia hanya menjalani hidup dan wajib berusaha untuk hidup sesuai dengan peraturan Tuhan diatas bumi ini sebagai kholifah fil ardl. Dapat dikatakan bahwa badan dan roh ini adalah titipan Tuhan kepada manusia untuk selalu dijaga dan dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik utamanya beribadah. Karena titipan maka setiap saat bisa diambil dan oleh karena itulah setiap saat seharusnya siap untuk diambil dengan ikhlas. Kekuasan Tuhan selalu di atas kehendak manusia. Sekuat apapun manusia tidak mungkin menandingi kekuasaan Tuhan sehingga manusia sudah sepatutnya lila legawa nerima ing pandum Sing Gawe Urip.

(sumber:sub bagian BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
DRAFT SKRIPSI: RELIIGUSITAS KOMUNITAS ABOGE DI DESA CIBANGKONG-PEKUNCEN BANYUMAS
SUSANTO F1A003064 SOSIOLOGI FISIP UNSOED)

Tidak ada komentar: