dulu
kau mengunjungiku hampir setiap pagi
bercerita tentang hangat surya, sejuk embun, dan hijau daun
kau suapi aku ketika siang menjelang
nasi putih, ayam bakar pedas, stroberi merah
tak pernah kau lupakan semangkuk hidangan cinta sebagai penutupnya
kau hibur aku ketika malam tiba
bercengkerama dengan sinar bintang, senyuman putri malam
selaksa surga menyatu rasa
kini...
kau mendatangiku dengan embun pagi yang beku
kau suapi aku dengan secawan dendam yang menyesakkan dadaku
kau tutupi bintang dan rembulan dengan sumpah serapahmu
tak pernah ada lagi malam yang benderang
tersisa badai yang tak kunjung usai
kenang musnah, hilang entah
pekat tinta tak mampu menghapus pupus
patah pecah
tak seperti dulu
kau mengunjungiku hampir setiap pagi
bercerita tentang hangat surya, sejuk embun, dan hijau daun
kau suapi aku ketika siang menjelang
nasi putih, ayam bakar pedas, stroberi merah
tak pernah kau lupakan semangkuk hidangan cinta sebagai penutupnya
kau hibur aku ketika malam tiba
bercengkerama dengan sinar bintang, senyuman putri malam
selaksa surga menyatu rasa
kini...
kau mendatangiku dengan embun pagi yang beku
kau suapi aku dengan secawan dendam yang menyesakkan dadaku
kau tutupi bintang dan rembulan dengan sumpah serapahmu
tak pernah ada lagi malam yang benderang
tersisa badai yang tak kunjung usai
kenang musnah, hilang entah
pekat tinta tak mampu menghapus pupus
patah pecah
tak seperti dulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar