Kamis, 24 Juli 2008

untuk Perempuanku

kau serupa racun yang selalu ingin kureguk hingga sesak nafasku kembali lega. Racun yang semakin memacu degub jantungku yang hampir berhenti. Hatiku yang selama ini menjadi penawar racun akan menjadi penampung racun keabadian cinta. Racun yang kau sembulkan dari kedua bibirmu yang merah kepada bibir keriputku yang tengah tengadah selama bertahun-tahun.

tangan-tanganku yang tak perdaya bisa kau bawa serta lewat cawan-cawan racun cinta yang memabukkan. Aku ingin meneguk sepuasnya sambil kubasuh wajahku dengan rona parasmu yang cemerlang serupa bintang. Ijinkan aku mengulang masa-masa indah ketika aku masih mengecap puting susu ibuku yang kecoklatan muda sewaktu aku masih bayi.

Aku ingin kau tusukkan cahaya matamu yang tajam hingga bisa kubuka kelopak mataku yang sudah lama mengatup. cahaya itu masuk perlahan hingga kurasakan kehangatan tatapan indah matamu yang seindah telaga biru yang memikat peri-peri kahyangan. Hingga aku bisa memandang segala keindahan semesta lewat lekuk tubuhmu dan kulihat sapuan ombak lewat gerai-gerai rambutmu yang dipermainkan angin.

aku pernah bahkan sering nikmati mekarnya bunga-bunga dan girangnya kumbang-kumbang terbang ketika engkau mulai menarik dengan lembut kuas kasihmu hingga kauciptakan seulas senyum yang merekah di wajah ovalmu.

Ijinkan aku nikmati angin sepoi gunung dan angin hangat pantai lewat sapuan selendang suteramu dan kain pembebat tubuhmu yang anggun semampai menyematkan renda-renda keindahan rahasiaNya.

aku pasrah kepadamu, karena aku yakin engkaulah utusan Tuhan, walaupun kau bukan nabi terakhir tapi aku percaya bahwa kau adalah mesiasku yang sekarang telah bertahta di dalam hatiku, dengan kesetiaan dan kejujuran yang selalu menjadi penjaganya. Mempersembahkan pada dewa, sesaji-sesaji cinta yang beraneka warna dalam altar keabadian.

tubuhku yang telah lemah dimakan oleh kebencian dan dendam ini kau lumuri dengan darah kesejatianmu, hingga jiwaku bisa bebas dari penjara angkara. Tunjukkan padaku arah menuju jalan kasunyatan sejati, dalam iringan do'a-do'a dan mantra-mantra yang selalu kau ucapkan dengan berbisik.

Biarkan jiwaku menjelma dalam wujudmu yang sempurna, mendekat, merengkuhmu menjadi satu dalam wujud kehampaan yang bermakna dan menyeruak, mengangkasa dengan makna yang tidak bisa dirupakan oleh lukisan awan-awan. malam yang selalu merindukanmu, rembulan itu selalu menjadi iri atas kehadiranmu, karena kaulah penguasa malam.

lamat-lamat bayangan remang senja dan cemerlang putih fajar itu menjadi pakaian indahmu, hingga aku berpuas-puas memandang matahari yang tenggelam dan surya terbit di ufuk pagi. aku hidup karena kau racunku.

sayap-sayap di tanganmu terbangkan menuju puncak kedamaian yang terus menerus meninggi tanpa henti hingga aku terus amati lembah-lembah membentang dan samudra biru yang tenang dengan karang-karang atol yang setia menjaganya dari amukan tsunami yang keji.

nafasmu menyatu dengan nafasku hingga kau bisa tumbuhkan terus harapan-harapan hidup bagi makhluk di semesta jagad yang selalu merindukan cinta dan aroma bunga teratai putih yang menjulang tegak di atas samudra.

aku menjadi dirimu walau aku tak serupa dengan dirimu
Akupun tak memaksa dirimu untuk jauh dariku
Karena aku lelaki
Dan kau wanita yang menjadi racunku dalam setiap mimpi dan nyataku....

Tidak ada komentar: