Jumat, 19 September 2008

Aboge punya hisab tersendiri 3 September = awal Ramadhan tahun ini

Tidak (akan pernah) menunggu ketetapan dan pengumuman tentang tanggal satu Ramadhan 1429 Hijriyah. Begitulah sikap para pengikut kalender Aboge ketika bulan ramadhan menjelang.
Pengikut kalender jawa atau yang sering disebut Wong Aboge di daerah banyumas, memang tidak akan rebut dan sibuk menunggu keputusan pemerintah dalam menentukan satu Ramadhan. Dengan berpedoman dengan kalender Jawa warisan Sultan Agunglah, mereka secara mandiri dan kukuh menentukan awal setiap bulan termasuk bulan Ramadhan tahun ini.

Adapun Ramadhan tahun ini menurut perhitungan atau hisab mereka jatuh pada hari RABU WAGE tanggal 3 september 2008 sehingga selisih tiga hari dengan ketetapan pemerintah yang resmi menentukan 1 ramadhan yang jatuh pada tanggal 1 september 2008 besok.
Perbedaan ini didasarkan pada tahun Jawa kali ini diyakini oleh pengikut Aboge ini sebagai tahun Jim Awal. Adapun satu Sura atau Muharam pada tahun Jim Awal tersebut adalah jatuh pada hari Jemuah Pon. Sehingga bulan Ramadhan dengan rumus donemro/sanemro (akronim: Romadhon/Puasa Enem Loro) jatuh pada hari Rabu Wage.

Secara singkat hari Rabu Wage ini didapat dari hitungan Ramjiji (Muharam Siji Siji) sebagai pathokan hari menentukan tanggal bulan selanjutnya. Sedangkan Rabu Wage dengan rumus Donemro/Sanemro ini berasal dari hari keenam setelah Jum’at dan Pasaran kedua setelah Pon.
Bagi Pengikut Aboge bulan puasa atau Ramadhan tetap harus dihitung tigapuluh hari genap. Tidak ada dalam kamus mereka bulan ganjil. Sejak sekarangpun sampai kapanpun pengikut aboge ini bisa memastikan awal bulan apa saja hanya dengan berdasarkan dengan perhitungan atau hisab aboge yang mereka yakini.

Pengikut aboge ini masih berkembang di daerah banyumas termasuk di desa cibangkong, kecamatan pekuncen. Selain di cibangkong pekuncen, di desa-desa kecamatan ajibarang, wangon, dan jatilawangpun masih banyak pengikut aboge yang memegang teguh hisab aboge ini. Bagi mereka sebagai orang Jawa, Hisab Aboge adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar.” Angger jenthikku esih bisa nekuk, inyong tah esih tetep kenceng nyekeli kiye” begitu ungkap Bapak Santibi, tokoh Pengikut Aboge di dukuh Gandusari, desa Cibangkong Pekuncen Banyumas.

Bagaimana dengan anda?
Apakah anda akan mencoba Hisab Aboge ini?
Semua terserah anda?
Tanpa anda toh mereka masih ada?

1 komentar:

bakri syam mengatakan...

Assalamu’alaikum wr wb salam kenal, saya H Bakri Syam dari pakanbaru riau, setelah saya simak paparan di atas tampaknya perhitungan Islam ABOGE ada persamaan dengan perhitungan rasullulah saw, tetapi ada perbedannya yg saya ketahui diantaranya : 1) tahun 1 bukan huruf Alif tetapi huruf Ha. 2) sebab mulai membilang dari nol. uruf tahu yg ke 7 bukan jin 3 tetapi urufnya Dal 4 . yg mau saya tanyakan ,apa dasar perhitungan / landasannya kok dapat ketetapan seperti itu, dari saya seperti ini :
” Telah berkata Rasulullah SAW:
“Aku lihat dimalam Israk denganku akan sej umlah kalimat di tiang Arasy sebagai berikut : “Allahul Hadi” satu kali, “Hudallah” lima kali, “Jamalul Fi’li” tiga kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali, “Dinullah” empat kali, “ Badi ussamawati walArdhi” dua kali, “Wailun liman asha” enam kali
, “Dinullah” empat kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali, “Jamalul fi’li” tiga kali, “Hudallah” lima kali, “Wailun Liman asha” enam kali, “allahul hadi” satu
kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali ,“Dinullah” empat kali,“Hudallah” lima kali, Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Allahul Hadi” satu kali “Jamalul Fi’li”tiga kali.”
Berkata Rasulullah SAW:
“Ambil olehmu awal kalimat yang delapan pertama menjadi huruf Tahun dan awal kalimat yang sebanyak dua belas kedua menjadi huruf Bulan, maka himpunlah huruf tahun dengan huruf bulan, artinya jumlahkanlah, maka mulailah membilang dari hari Rabu atau Kamis , dan dihari mana sampai bilangan, maka hari itu adalah awal bulan itu
”, dan Rasulullah SAW berkata:

“Takwim adalah jalanku, selain puasa Ramadhan”.