Rabu, 07 Oktober 2009

teruskan

malam hari oktober ke7 hujan turun deras sepanjang sokaraja ajibarang, tapi aku bertekad melewatinya untuk sampai di rumah. di perjalanan kubelah kubangan air sepanjang jalanan karang lewas cilongok. redup lampu membuatku memperlambat laju motor bututku ketika kulewati jalan sepi tertutup rimbun pepohonan dan rumpun bambu di daerah pageraji.lap....sebuah lampu sorot bis besar mengagetkanku saat ku lalui jalan yang agak menanjak menjelang cilongok.kukendarai motor pemberian Bapa'ku yang entah bagaimana dibelinya. sampai di Kracak, getar ponsel membuatku berhenti tepat di atas jembatan kali kawung. hujan semakin deras, kubaca pesan singkat yg ternyata dari adikku.yah...aku sudah sampai di kracak demikian kutulis jawaban pesan singkat itu. menjelang sampai di desaku, kulalui jalan-jalan berlubang yang entah kapan akan diperbaiki oleh dinas pekerjaan umum.sampai diperbatasan desaku aku terkaget. tanpa listrik desaku bagaikan desa mati. kutelusuri setapak menanjak, menuju rumah bapak biyungku.ban yang gundul membuat jalan motorku tertatih dan terpleset-pleset. akhirnya kusampai dirumah dengan basah kuyup walaupun mantel menempel di tubuhku. segera biyungku membuka tudung saji dan kukusan anyaman bambu untuk menyediakan makanan untukku. "nih ada sate, tapi dihangatkan dulu ya.."katanya sambil memegang pelita kecil yang kelap-kelip bergoyang dibawa menuju tungku batu yang menyisakan bara untukku. "lho kok ada sate, ayam dari mana"tanyaku sambil membuka jaket yang basah. ternyata beberapa hari ini ada ayam yang mati."Untung ketahuan, kalau ga pasti dah dikubur"katanya menjelaskan. yah...itulah adat orang desa, makan ayam menunggu ayamnya sakit atau menjelang mati. paginya kudengar banyak ayam mati, setelah sorenya sehat walafiat. "sungguh sebenarnya saya takut, jangan-jangan flu burung datang lagi" kata bapaku sambil mengepulkan asap dari rokok linting yang dibuatnya. remang-remang masih menjadi warna desaku malam itu. kulihat keadaan di luar rumah dari balik kaca. hanya ada daun pohon pisang yang kelihatan remang-remang pucat menghilang sambil bergoyang perlahan. hujan deras itu berganti gerimis tipis entah sampai kapan. ternyata dalam gerimis itu bapaku nekad keluar rumah untuk menyalurkan hobinya. nonton wayang dalang Gino di parakan, dengan jalan kaki dengan seorang tetangganya Man Kasoni namanya. paginya kudengar jam setengah dua ia baru pulang....

Tidak ada komentar: