Senin, 21 April 2008

Berkhayal Surga

Pengantar malamku adalah kerinduan
Sebelum aku sampai pada pagi hari yang dingin
Kemarahanku bukanlah kemarahanku
Karena marahku, itu protes hatiku
Atas keadaan yang ada
Kemarahanku untuk diriku sendiri
Menjalani kasih sayang
……………..
Hari itu syurga telah turun ke bumi
Menunjukkan kepadaku ketenterammnya
Bidadaripun memberikan senyum cahayanya
Namun seiring kepergianmu
Syurga itupun seakan ikut pergi
Mungkinkah itu hanya sebagai harapanku
Dan syurga itu untukku
Tapi bukan untuk sekarang
Aku sadar syurga sejati bukanlah bertempat pada dunia
Namun tempat di nirwana
Yang hanya hati kita yang mampu mencapainya
Tuhan memang sangat sayang pada pada kita
Kita lebih baik susah payah sedikit di dunia
Untuk bahagia kekal di akhirat
Tepi semua terjadi
Karena ada cinta dan kerinduan
………………..
Saat wajah-wajah ramah menyeruak
Dalam kehidupan niscaya semua menjadi mudah
Ketika dalam dunia ini tiada kerinduan
Niscaya dunia ini hanya hitam putih
Semua karena hatimu……….

26 april 2006

Entah Yang Bersembunyi

gelegarnya panggung di Lapangan Grendeng,
tersebutlah Letto dan band-band lain
tenggorokanku masih terasa, masih…
menghalangiku untuk membuka lebar mulutku
berbagai kesibukan yang telah mengantarku
sampai dengan aku duduk di sebuah karpet hijau

musik-musik kehiduapn terus mengalir
ada protesan ketidakadilan, cinta atau entah apa lagi
maling kelas teri-maling kelas kakap
petikan syair lagu iwan fals

pengagum dan penggila musik teus berduyun-duyun
sementara sang idola tetap saja manusia
manusia biasa
sebenarnya apa sih yang luar biasa?
Manusia biasa atau musiknya?

Sementara waktu mamaksakau untuk terus tunduk padaNya
Seolah-olah musik mencoba mengalahkan waktu
Tapi tetap saja tak bisa
Waktu hanyalah jalan
Waktu hanyalah kertas kosong
kehidupanlah yang menjalankan waktu
atas perintah Sutradara Agung
sementra manusia hanya wayang
wayang antara bebas dan terpenjara
Dalangnya antara ada dan tiada
Entah dimana
namuan kuasaNya penuh

02 September 2006 17:20 WIb


Kamus Ilmiah

Ketika itu hujan rintik
Aku menjemputmu dengan uang 27 ribu
Sementara utangku belum terbayar
Entah kenapa aku merasa butuh kamu
Mungkin karena aku sedang mengerjakan tugas akhit
Aku butuh membuka –buka tubuhmu
Agar aku megerti bagaimana rupa-rupa
Otak orang lain dalam memahami dan mendefinisikan realitas
Supaya berbicara bisa, bisa bercakap
Antara das sollen dan das sein
Menjelang selasa kliwon aku menatapmu
Dalam wujud barisan huruf-huruf yang katanya bermakna

3 Desember 2007

Hujan di Bulan Maret

Hujan bulan maret masih saja binal
Sebinal mahasiswa mahasiswi kumpul kebap
Jalan Kampus yang berlobang tersenyum bahkan tertawa
Melihat cipratan air menempel di sarung putih tu
Suara anak pedagang kaki lima pecah
deru motor yang lewat…
Aku masih ingat….
Ketika kecil aku sudah tidur di awal malam
Dekapan ibu beigut hangat…aku ingat
Suara binatang malampun hilang
Yang ku dengar hanya bunyi dalam mimpi
Aku tak kenal bunyi itu
Bahkan sampai sampai sekarangpun….

Anak pedagang kaki lima itu belum tidur
padahal kemarin malam sudah jam 23: 00
tapi teiaknya masih terdengar
suara kecilnya riuh
“sudah malam” kataku dalam hati….
“bakan sudah sangat maalaam “ piirku menimpali
Mungkin karena anak kecil itu beda dengaku adulu
Aku bukan anak pedagang kaki lima
Akau anak petani yang kerjanya pagi bukan malam
Tapi aku piker apa bedanya anak pedaganang dengan anak petani …
Ah… sudahlah.

Yang penting kamu sudah dewasa
Lalau…
Pada bedanya dewasa dengan anak kecil
Aku piker tidak ada bedanya…
Sama-sama aku…
Cuma beda kata
Cuma berganti kata
Anak kecil menjadi dewasa

Orangpun akan bernaya sama…
“mau jadi apa kamu nanti?”
Sebenarnya apa cuma pertanyaan itu
yang selalu ditanyakan setiap kali bertemu
ah…sudahlah…
yang panting kamu sudah dewasa
dewasa atau tua itu pertanyaan mu sekarang
harus kamu jawab dengan lakukumu…

sementra langit mash gerimis
bulan maret belum usai
pedagang makanan masih sibuk melayano…
mahasiswa mahasiswi kumpul kebo
mereka mungkin tak punya malu
yang dalam pikiran mereka mungkin kemaluan…
ah…sudahlah…
yang penting kita tidak ikut edan…

18:54 WIB

Angin senaja bulan maret manyapu wajahku yang berjerawat
Mendung langit Purwokerto Utara seolah mendukungnya
Ementra deru mesin kendaraan roda dua
Slalu megejekku yang belum mempunyainya...
Para pedagang aneka makanan mash setia berjajar
Masih berjajar berdereatan memanjang sepanjang jalan kampus
Mungkin seperti itu juga di Jalan Bunyamin bahkan Jalan Soeparno

Aku masih duduk di sebuah boilik masjid di pinggir jalan kampus
Baru saja aku nikmati kue tart ualng tahun anak TPA-ku
“semoga ilmunya bermanfaat”
Spontan nada bicara itu keluar dari lisan sahabatku
Ketika membuka kotak kertas mungil merah
Berisi sepotong roti tart mini itu…

Di seberang jalan aku lihat
Para pedagang makanan sesekali tersenyum
sambil mengucap “silakan..”mereka menyuguhkan
“terima kasih” sambil memberikan sebungkus plastic makanan
Ucapan dan senyuim simpul mnerieingi keperian sang pembeli..
Yang aku lihat kebanyakan adalah mahasiswi-mahasiswi cantik berkulit putih
Putih karena udara purwokerto mungkin

Senja masih saja sama seperti kemarin
Mendung, dingin, dan angin….
Jalan kampus tetap ramai iringan mahsiswi-mahssiswai berperut lapar
Mencari makan untuk hidup
Atau
Mencari hidup untuk makan
Tapi aku tak peudli dengan semua itu
Yang penting aku menikmati putih kulit mereka
Yang penting aku bisa memandang wajah ayu
Yang penting aku bisa menerawang tubuh seksi mereka
Walaupun mereka digandeng seorang lelaki jelek..

13 maret 2008

Tak urung sebuah kenyataan menghampirikku
Dia menampakkan wajah asing sekaligus baru bagiku
Sementara kekasih abadi kita waktu selalu menyertaiku
Menemaniku dengan setia dalam suka dan duka
Waktu adalah kekasih kita

Semilir angina menerpa tubuh yang kepanasan
Di atas selubung kerinduan yang oleh tebal panorama
Indah pertemuan di alam mendatang
Do’a terucap oleh mata nurani
Sayup-sayup terdengar oleh kepakan sayap jibril
Menyambutnya dalam benderangnya cahaya purnama malam ini..

Besok ujian kata tubuh ini
Aku harus berangkat dalam malam ini
Tersebutllah hati harapan hangat
Memeluk jiwa yang kedinginan oleh kerinduan yang menjemput kekasih sejati
Dalam malam pencarian di sepanjang jalan kehidupan
Yang mujur berjalan seorang pemuda menggendong harapan
Terlihat di pelupuk matanya
Dan dari lesung pipi senyumnya
5 11 06

Bumbu mentah

Kuingin kau jadi tempat dalam lidahku yang kelu
“gemblung” materi telah terlewati
Perkenalan sekali pertemuan
Makrifat cocok berawal dari kecintaan
Ternoda oleh nilai-nilai kebenaran

Suara tilawah itu bersaing dengan tilawahmesin bernada monoton
“jangan tanyakan apa makna sebuah kata
Tanyaka untuk apa makana itu difungiskan”
Jangan Tanya awal dan akhir
Bertanyanyalah akhir dari yang awal
Tali pusat manusia
Mengahantarkana dua alam yang berbeda
Komnetar mulut tak berpengetahuan
Jari itu masih mengacung tahiyat
Rebana itu masih ditepak-tepak tangan
Tilawah itu menggema di relung-relung langit
Melawan tarian-tarian binal yang memikat

Aku jadi bertanya
Kenapa matahari tetap saja tak mampu melawan mendung yang terus berkelindan dengan hujan…

Orang rebut berebut kata
Orang bingung dipermainkan kata
Orang mati diwajibkan berkata
Tangn agung itu masih mengenggam makna
Manusia hanya sibutk berusaha
Mengintip dan membuka jari jemari makna
Lirikan itu tetap tajam mengiris
Namun aku hanya terus mencoba berontak dari penjara simbl yang seslu menjadi harata dan tahata orang yang “edan” kata-kata
Tatapan itu tatap melirik tajam
Lalu apa yang akan engkau cari…sahabatku
“dalam bumbu mentah
Aku mengecap rasa pengetahuan”

……….
Layla dan majnun
Bukan hanya wanita yang perlu dimengerti
Tapi cinta juga ter;u sicintai
;ewat cinta yang tak haru sberkata

Jadilah anak-anak cinta
Yang selalu memeliharta idup
Amblah pelajaran dari layla dan majnun
Tapi jangan ikuti akhirn kisah mereka

Aku tak bisa lagi
Utnuk ungkapkan rasa lewat kata
Aku takut dengan kata-kataku
Cinta berkurang keindahannya

Biarkan cinta itu mengucap semsemuaNYA
Aku akan mengikuti di belakangnya
Tampa ragu dan gelisah
Walaupaun aku tak tahu
Apa sebenrarnya harikiat dai cinta
Semua terseah cinta
Aku yakin cinta juga menyerahkan dan menghambakan dirinya pada pencipta cinta
Akhirnya aku ucapkan

Tidak ada komentar: