Kamis, 24 Juli 2008

kita berempat

kidung itu selalu kita nyanyikan bersama
nada-nada sumbang terucap dari mulut-mulut gamang
kembang-kembang kampus selalu kita goda
dengan pantun dan sajak-sajak picisan
atau dengan rayuan seporsi mie ayam di warung Bu Parno

tiap tanggal mulai menua, ketika bulan mulai tutup usia
sepiring nasi rames kita serbu bersama,
berempat dalam satu tempat
padahal galon air belum kita isi
bergantian dengan kita minum air kran di masjid seberang

pernah kita menaksir satu nama berwajah bidadari
kita berempat menamakannnya Nawang Sih putri Nawangwulan
bertaruh berebut kesempatan dalam dua bulan
merayunya, mengapelinya bergantian
tapi akhirnya kita ketahuan olehnya
hingga yang kita dapati adalah senyum cemberut
penolakan cinta itupun kita sebut perhatian

datang seorang pemuda berwajah Jaka tingkir
menggoda perempuan berwajah Nawang Sih itu
membawa kendaraan mewah pula
malam itu kita sepakat mengempeskan dua ban motornya
supaya dia kapok dirampok keusilan kita
tepatnya kecemburuan kita pada nawang sih yang ternyata mencintai pemuda itu

saat itu kita berempat patah hati bersama-sama
kita beranikan untuk datang ke tempat prostitusi
baru sekali kita berempat kita di situ
mencari wajah-wajah bidadari yang masih suci
betapa bodohnya kita saat itu
akhirnya kita tunggang langgang pulang
menghindari rayuan waria-waria jalang

Tidak ada komentar: