ketika sebuah nama di atas sebuah judul menarik mataku meletakkan pikirku untuk mencoba menyelami dalam tentang perempuan bukan lewat dirinya langsung melainkan melalui lembaran-lembaran putih karyanya selalu muncul tanya tentang apa yang ada pada sosoknya sampai segenap rahasia selalu menyekat semua tanyaku menyingkap tabir disela-sela merah bibir..
kadang bahkan sering aku takut untuk melukir wajahnya, apalagi mengukir gurat-gurat keindahannya sungguh terlalu indah untuk dirupakan, aku tak mampu melukis realisme meski kuberhasrat persembahkan surealisme. hanya dalam fantasikku dan fikirku kucoba melukis potret senyummu seperti kumelihat remang-remang film negatif
cinta kesetiaan penghianatan menjadi dzikir dan wirid sang pencinta, beserta taburan airmata serupa kembang yang mekar ketika kumbang menjadi sari-sarinya. dibawah payung langit malam limabelas putri malam dan bintang kejora ketika cinta menjadi sebab dan akibat kita terdiam kehilangan kata karena terlalu bungkam oleh banyaknya keinginan
banyak kata yang keluar tak sadar kita lisankan hanya sekedar tugas mulut berkata mungkin, menghitung mencerca mencaci mencinta memuji seperti api membakar suluh kayu ibarat ari yang diam sejuk menghidupkan ibarat bah yang tanpa permisi membinasakan, mulutku berhenti ketika kupertanya apa itu wanita apa itu geni jora yang tak bisa penuh aku sepertikan tak mampu aku definisikan dan kuibaratkan secara utuh
mungkin tugas lelaki untuk menguasai wanita tanpa harus mengerti semua rahasianya...
(5 mei 2009 ketika senja di purwokerto utara masih bising oleh mudamudi yang berkendara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar